Selasa, 05 Januari 2016

Belajar dari Sunset Bersama Rosie

Rasanya lama baget gak nge-post di blog ini...hehehee
Dan kali ini mbuka lagi tulisan-tulisan yang dulu pernah tak tulis dan iseng-iseng baca lagi..
Finally, nemu dulu tulisan yang pernah aku tulis setelah baca novel "Sunset bersama Rosie" dan ternyata sudah beberapa tahun lalu. Ternyata, salah satu isi dari tulisan tersebut lagi di galaukan sama sobat-sobat muda saat ini. Yah, Bismillah. Semoga tulisan tersebut bisa menjadi salah satu refleksi bagi saya pribadi dan juga bagi sobat muda semua. Tulisan tersebut dulu berjudul "Belajar dari Sunset Bersama Rosie"

*****************************************************************************

Buku sunset bersama rosie mengajarkanku akan banyak hal. Bahwa cinta memang tak selamanya harus memiliki. Cinta juga tidak memaksa, karena cinta itu fitrah manusia. Cinta itu anugerah dari Yang Maha Kuasa. Tak perlu lah berlebai-lebai ria dalam menunjukkan cinta terhadap lawan jenis. Tak perlu lah semua itu diungkapkan kepada dia yang kita cintai. Jika kita memang benar2 mencintainya, tulus dan ikhlas, kita serahkan saja pada Yang Kuasa, sang Pemilik Hati. Toh, ketika memang kita berjodoh dengannya, biarlah semua itu indah pada waktunya. Biarkan Allah yang mempersatukan hati. Biarkan skenarionya yang mengungkap segalanya, hingga semua itu indah pada waktunya. Yah, ingatkah engkau pada kisah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra? Tak ada pengakuan cinta sebelum mereka dipersatukan, tak ada. Mereka berdua saling memendam rasa. Saling mengagumi, saling menyukai, dan jatuh hati satu sama lain. Namun, tak ada satupun dari mereka yang mengungkapkannya. Tak ada. Hingga Rasulullah pun menikahkan Fatimah dengan Ali. Ya, cinta mereka suci.

Ketika ternyata kita tak berjodoh dengannya. Tak akan pernah ada yang tersakiti. Tak pernah akan ada kenangan2 yang menghujam rasa. Yah, kita tinggal melupakan rasa itu dan menggantinya dengan cinta yang halal. Kenapa Tuhan menciptakan rasa cinta pada sesama makhluk-Nya? Yah, itulah ujian dari-Nya. Dia ingin mengetahui cinta mana yang lebih besar, kepada sang Khalik atau kepada makhluk-Nya. Kenali lagi hatimu, tanyakan pada sanubari terdalam. Cinta haqiqi.

Ketika kamu ingin serius, ya. Nyatakan keseriusan itu. Ingat serius, bukan main2. Dan memang inilah tugas sang pria. Menyampaikan perasaannya. Untuk perempuan, ya kita tinggal mengiyakan atau menolaknya. Sesimpel itukah? Yah, simpel bukan. Karena cinta itu fitrah, cinta itu anugrah.

Buat para perempuan. Simpan rasa itu dalam-dalam di dalam hatimu. Jangan sampai ia menyeruak ke permukaan. Kau tau, ketika kau menampakkan cinta itu pada yang tidak semestinya, bukankah kau telah membuka celah untuk sesuatu yang belum halal? Dan itu tak boleh. Bersabarlah, kelak jodohmu pasti akan datang. Ia yang dengan gentle-nya akan datang pada orang tuamu untuk mengkhitbahmu. Dan ketika masa itu datang, tugasmu hanya mengatakan ya dan tidak. Ketika kau memang mau, ya katakan ya. Ketika memang kau tak mau, katakan dengan tegas, tidak. Jangan memberikan harapan yang membumbung tingga ketika kau hanya akan melepaskannya. Laki-laki itu butuh ketegasan. Ketika kau bilang tidak, kau tak akan menyakitinya. Kau hanya mempermudah jalannya untuk menemukan bidadari yang lebih baik untuknya. Jangan kau tarik ulur seperti bermain layang-layang, itu justru jauh menyakitkan untuknya.

Dan lagi untukmu para bidadari yang kelak akan mewarnai biduk rumah tangga. Tak perlulah kau umbar pesonamu. Cukup kau simpan untuk imammu saja. Just it. Jangan kau biarkan laki-laki memiliki rasa yang menelikung dalam hatinya. Bunga2 yang bertebaran dalam hatinya. Jangan biarkan, kau berikan harapan2 semu pada ia yang bukan jodohmu. Jagalah hatimu, jagalah sikapmu, jagalah pandanganmu. Kenapa? Karena ketika semua itu kau simpan hanya untuk jodohmu kelak, maka kau akan semakin mempesona untuknya, membuat para bidadari cemburu padamu. Dan bukankah kau juga ingin cinta yang demikian untukmu. Seorang perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya. Lebih baik, ketika Tuhan belum mempertemukan dirimu dengan jodohmu. Bersabarlah, dan berusahalah untuk memantaskan diri. Kau ingin suami yang seperti apa? Ya, begitulah kau pun juga harus memantaskan agar bisa sejajar dengan yang kau harapkan.

Hati-hati dengan hatimu.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar