Kamis, 14 Januari 2016

Perjalanan Mencari Jati Diri


Pencarian jati diri?

Setiap manusia pasti pernah melewati suatu fase dalam rangka pencarian jati diri. Pun begitu pula dengan saya, tiap waktu dan tiap kesempatan saya jadikan momentum untuk pencarian jati diri dalam rangka perbaikan diri. Saya ingin berbagi mengenai pengalaman saya selama satu semester mengikuti mata kuliah filsafat pendidikan matematika. Mengapa judul tulisan ini perjalanan mencari jati diri? Karena dalam kuliah ini tidak hanya diulas mengenai materi ataupun teori filsafat dari berbagai filsuf namun juga share dua arah mengenai kehidupan dan pengalaman dalam hidup agar hidup menjadi benar-benar hidup.

***

Dalam pertemuan pertama diberikan pendahuluan mengenai filsafat. Ternyata filsafat itu banyak sekali macamnya. Ada filsafat olahraga, filsafat barat, filsafat matematika, filsafat pendidikan sampai filsafat tempe pun ada. Mengapa ada filsafat tempe? Karena tempe pun juga memiliki falsafahnya. Mengapa bentuk tempe datar pada bagian bawah dan cembung pada bagian atasnya? Karena agar mudah untuk menggorengnya, salah satu diantara tujuan bentuk tempe tersebut. Lalu dalam hal menggoreng tempe pun harus jelas sintaks-sintaksnya. Wajan harus terbuka, karena jika tertelungkup maka minyaknya akan menyebar dan tumpah sehingga tidak memungkinkan untuk menggoreng tempe. Jika wajan terbuka maka minyak akan mengumpul dan menggoreng tempe pun dapat terlaksana. Sintaks-sintaksnya harus jelas. Urutannya sesuai dan pas hingga tempe goreng pun siap. Ada 1001 filsafat mengenai tempe ini.

Cerita diatas membuktikan bahwa filsafat itu dapat dipelajari dan mengalir dengan sendirinya. Salah satu kunci yang dapat ditempuh adalah dengan banyak membaca sehingga referensi dan wawasan akan semakin bertambah. Baca.... baca..... baca.... dan terus baca.... Orang yang berfilsafat tidak mungkin kalau dirinya terisolasi dan tidak mau berubah, pasti dirinya akan selalu berubah. Hal ini karena mereka menganggap ilmu bukan karena diperintah tapi karena dicari. Nah, pencarian ilmu ini juga menjadi salah satu sarana dalam pencarian jati diri dan hakikat diri.

Objek dalam filsafat ini pun juga banyak sekali meliputi apa yang ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang telah kita ketahui merupakan sesuatu yang ada. Dan hal-hal yang belum kita ketahui dapat kita katakan sesuatu yang mungkin ada. Semilyar pangkat semilyar pun belum mampu mendefinisikan tentang yang ada. Begitu pula sebaliknya, semilyar pangkat semilyar pun belum mampu mendefinisikan yang mungkin ada. Itulah salah satu keterbatasan kita sebagai manusia. Untuk itu dalam berfilsafat, kita dituntut untuk terus mengada dan menjadi pengada.

Filsafat sendiri dipelajari dengan metode hidup menggunakan prinsip-prinsip hidup. Dosen pengampu mata kuliah filsafat saya mengatakan bahwa tulang punggung filsafat adalah komunikasi, sedangkan alat untuk berfilsafat adalah bahasa analog. Bahasa analog memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari kiasan. Contoh bahasa analog adalah hati dan pikiran. Dimana hati bisa dimaksud sebagai hal yang identik dengan spiritual, Tuhan, doa, dan akhirat; sedangkan pikiran bisa dimaksud dengan logika, ilmu pengetahuan, dan dunia. Untuk mengenal bahasa analog, kita bisa sering membaca elegi-elegi sebagai sarana mengada yang mungkin ada. Dengan bahasa analog ini, sesuatu yang sulit diungkapkan dengan bahasa biasa dapat diungkapkan dengan mudah. Hal ini karena bahasa biasa terbatas ruang dan waktu. Jadi, untuk memahami filsafat kita perlu mengenal dan menguasai bahasa analog terlebih dahulu.

***

Dalam perkuliahan berikutnya, pada awal pertemuan kami diberikan kuis tes jawab singkat sebanyak 50 soal. Ternyata, masih banyak dari kami yang memperoleh nilai nol. Nah, itulah yang membuktikan bahwa kami harus terus membaca dan banyak belajar mengenai filsafat dan yang lainnya. Kita tidak boleh menyombongkan diri karena merasa telah memiliki ilmu karena orang yang sombong tidak mengetahui apa yang masih belum ia ketahui dan menutup pintu ilmu.

Pembelajaran kala itu adalah mengenai bertanya. Ya, kami sebagai mahasiswa diminta untuk bertanya akan apa-apa yang ingin kami ketahui. Perkuliahan kala itu diisi dengan tanya jawab dan diskusi dua arah. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa adalah mengenai kesulitan belajar siswa yakni jika seorang siswa mengalami kesulitan belajar itu artinya siswa tersebut kesulitan dalam menembus ruang dan waktu? Nha, secara filsafat bagaimana prosedur belajar itu?

Dalam hal ini saya ingin berbagi jawaban dari Bapak Prof. Marsigit dalam perkuliahan tersebut sebagai berikut:

Hal ini bisa dikaitkan dengan filsafat memperoleh nilai nol. Secara filsafat, ketika kita menjawab SALAH dalam tes jawab singkat, sebenarnya ada yang BENAR. Seandainya, kita ditanya siapa nama Bapak dari Pak Marsigit. Tidak diragukan lagi, absolutely, kita tidak tahu. Secara filsafat, ini termasuk dalam aliran validism. Aliran validism dapat digunakan untuk membela kita dari kesemena-menaan orang tua atau membela anak SD dari kesemena-menaan gurunya.

Seandainya kita tetap dipaksa menulis nama Bapak dari Pak Marsigit, lalu kita menjawab SALAH. Secara filsafat, SALAH itu BENAR. Hal ini menunjukkan metafisik yaitu yang tersembunyi. Semua yang ada dalam tes jawab singkat tadi sebenarnya ada tokohnya sehingga tidak asal ditanyakan. Semuanya tersembunyi dibalik kalimat, dibalik penampakan, dan dibalik diri kita sendiri (dites ternyata mendapat nilai nol). Itulah sebenar-benarnya metafisik. Masih ada yang lebih tersembunyi di dalam diri kita yaitu jiwa. Bisa jadi ketika kita tertawa dan tampak bahagia, jauh di dalam hati kita sebenarnya sedang mengalami kesedihan dan kekecewaan. Hanya diri kita sendirilah yang tahu mengenai hati kita sendiri.

Contohnya metafisik diartikan sebagai filsafat sembunyi. Padahal arti sebenarnya adalah dibalik yang fisik. Sepandai-pandainya orang yang berfilsafat adalah jika mudah dipahami oleh orang awam. Inilah alasan Pak Marsigit membuat elegi agar kita lama-lama dapat berfilsafat. Tidak ada istilah GAGAL secara filsafat. Istilah GAGAL merupakan istilah dalam psikologi. Secara filsafat, GAGAL berarti tidak sesuai ruang dan waktu. Contoh pernyataan 4 x 6 = 50000. Jika ini dikatakan dalam pembelajaran di sekolah maka pernyataan ini SALAH. Tetapi, jika ini dikatakan dalam  studio foto maka pernyataan ini BENAR. Filsafat mempedulikan ruang dan waktu. Secara filsafat, orang sukses adalah orang yang berani menembus ruang dan waktu. Bahkan binatang, tumbuhan, dan batu sekalipun mampu menembus ruang dan waktu. Bahkan ketika kita doing nothing pun sebanrnya kita juga menembus ruang dan waktu seperti halnya batu.

Dalam filsafat, penggunaan bahasa itu penting. Misalnya dalam statistika ada istilah data. Jika turun ke sekolah, data ini adalah siswa. Jika naik ke atas, data ini adalah yang sudah ada. Jika naik lagi ke spriritual, data ini adalah ciptaan Tuhan. Adanya bermacam-macam bahasa karena adanya perbedaan ruang dan waktu. Contohnya ketika mengajar di SD dan SMP haruslah menggunakan bahasa yang berbeda. Hal yang sangat konyol ketika kita mengajarkan integral di SD. Integral memiliki unsur dasar jumlahan luas atau jauh-dekat. Bagi anak SD, jauh-dekat lebih mudah dipahami daripada integral. Itulah sebenar-benarnya matematika. Dalam mengajar matematika tidah harus selalu dengan definisi. Anak-anak dapat memahami jauh-dekat, benci-rindu, besar-kecil,…. dst  karena pergaulannya. Sebagai pendidik, sebaiknya haruslah peduli ruang dan waktu. Selain itu, pendidik juga haruslah sopan dan satun terhadap filsafat. Filsafat itu merupakan kesadaran.

Dalam kesempatan pertemuan kala itu saya semakin menyadari bahwa bertanya merupakan salah satu cara dalam berfilsafat. Ketika kita bertanya maka kita akan mengetahui yang mungkin ada, mengetahui sesuatu yang tersembunyi yang belum kita ketahui sebelumnya. Bertanya itulah juga merupakan salah satu cara bagi kita untuk mencari jati diri. Maka belajar untuk bertanya juga merupakan salah satu yang penting untuk dipelajari.

***

Pada pertemuan berikutnya kami diberikan tes jawab singkat lagi. Kali ini tes jawab singkat mengenai menembus ruang dan waktu. Tes terdiri dari 50 pertanyaan. Dalam tes kami dibelajarkan mengenai material, analitik, formal, normatif dan spiritual dalam dimensi ruang dan waktu. Berikut beberapa ulasan mengenai hal tersebut.

Materialnya apapun adalah material, sedangkan analitik itu logika pikir. Jika material diterapkan pada benda maka hal ini menyangkut banyaknya benda yang dihitung. Contohnya,  analitiknya formal. Formal itu aturan, maka analitiknya formal berarti banyaknya aturan-aturan. Lalu, analitiknya normatif yaitu analitik. Analitik merupakan istilah normatif dan filsafat juga istilah normatif. Selanjutnya, analitiknya sprititual. Analitik itu logika, maka analitiknya spriritual itu logika Tuhan.

Sintetik adalah interaksi antara campuran benda-benda. Sintetiknya material adalah campuran benda-benda. Sintetiknya formal adalah formal gabungan dari aturan-aturan. Sintetiknya normatif adalah sintetik. Selanjutnya, sintetiknya sprititual adalah produk-produk dari spiritual.

Apriori adalah pikiran. Apriorinya material adalah benda-benda pikir. Apriorinya formal adalah aturan-aturan di dalam pikir. Selanjutnya, apriori spriritual adalah takdir. Kita dapat memikirkan takdir, tetapi sepenuhnya takdir adalah kehendak Tuhan.

Transenden adalah dimensi para dewa. Ingat para dewa berada di dimensi di atas kita. Contohnya, kita adalah dewa bagi adik kita, bank adalah dewa bagi uang. Dewa bisa mengatur dimensi di bawahnya. Transendennya material berarti benda-bendanya para dewa. Transendennya spiritual berarti para amalaikat.

Relatifnya formal adalah aturan yang longgar. Relatifnya normatif adalah relatif. Relatifnya spritiual berarti ciptaan Tuhan yang ada di bumi.

Sebenar-benarnya tidak ada yang absolut di dunia ini, hanyalah Tuhan yang absolut. Absolutnya formal berarti ketentuan Tuhan. Absolutnya normatif berarti ilmu Tuhan. Absolutnya spiritual berarti kuasa Tuhan.

Skeptisnya material adalah benda-benda yang bergerak. Skeptis berarti belum menentukan posisi. Skeptisnya formal adalah aturan-aturan yang tak jelas. Skeptisnya normatif adalah skeptis. Skeptisnya spiritual adalah Syaitan. Skeptis juga berarti ragu-ragu.

Kemudian masih ada lagi yakni mitos. Mitosnya material adalah benda pusaka.

Setelah itu, kami diminta untuk menulis pertanyaan pada lembar jawaban tes jawab singkat tersebut. Kemudian dipanggil secara acak oleh Pak Marsigit dan kami mengajukan pertanyaan yang telah kami tulis sebelumnya.

Berikut saya tuliskan pertanyaan dari teman-teman ketika perkuliahan beserta jawaban dari Pak Marsigit selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah terekam selama perkuliahan kala itu.

Pertanyaan pertama dari Sdri. Elfrida Noviana Dewi :

Bagaimana membangun filsafat bagi orang yang sama sekali belum memahaminya?

Bagaimana dengan orang yang tidak kuliah atau tidak mengambil mata kuliah filsafat?

Jawaban Pak Marsigit :

Untuk membangun filsafat, dilakukan saja dengan ikhtiar. Jika kita diminta membaca, kita harus mau membaca. Jika kita diminta membuat comment, maka kita harus mau membuat comment. Jika diminta berpikir, maka kita harus mau berpikir. Bagi orang yang tidak kuliah. Untuk apa? Kita tidak perlu memfilsafatkan masyarakat. Lebih baik kita mengurusi diri kita sendiri.

Pertanyaan kedua dari Sdr. Mu’ahid Nur Rahman :

Mohon dijelaskan mengenai apa yang dimaksud skeptis?

Jawaban Pak Marsigit :

Skeptis berarti meragukan segala sesuatu. Pada zaman dahulu di Yunani, tokoh skeptis adalah Rene Descartes. Awal mulanya dari mimpi. Tetapi, mimpi yang dialami Rene Descartes sangat berbeda sehingga membuatnya tidak mampu membedakan antara mimpi dan kenyataan. Kemungkinan ini mungkin saja terjadi di negeri yang bersalju seperti Perancis. Di lingkungan yang bersalju, serba putih, dan dingin memanglah wajar. Ketika bermimpi tentang salju, ya seperti itu. Ketika berada di luar rumah, hamparan salju ya seperti itu. Ketika tidur dan bangun tidur, salju juga begitu. Memang, jika di Indonesia hal ini sulit terjadi karena tidak ada hamparan salju yang luas. Rene lalu kebingungan dan ia hendak mencari kepastian. Semua yang dilihat dan dipikikan tidak dapat dipercaya termasuk Tuhan pun dia tidak percaya. Tetapi, singkat kata pada akhinya Rene mampu menemukan Tuhan.

Rene memang meragukan segala sesuatu, sehingga ia mencari tahu terus-menerus. Satu hal yang menurutnya jelas-jelas pasti bahwa aku ini sedang bertanya. Tidak ada yang bisa mendebat hal ini. Menurutnya jika aku bertanya maka aku ada, saya berpikir maka saya ada. Dampak hal ini tidak main-main.

Jika kita tidak berpikir bisa jadi jangan-jangan kita tidak ada. Kalau kita tidak membuat comment bisa jadi jangan-jangan kita tidak ada. Menurut Rene Descartes, itulah yang namanya Skeptisism. Gabungan antara skeptis dengan positif akan menjadi Metode Saintifik.

Pertanyaan ketiga dari Sdri. Deary Putriani :

Mohon dijelaskan mengenai apa itu transenden?

Jawaban Pak Marsigit :

Transenden itu adalah sifat yang berada pada dimensi dewa atau dimensi di atasnya. Contohnya rektor adalah transenden bagi mahasiswa serta dosen adalah transenden bagi mahasiswa; mahasiswa mengetahui sedikit tentang sifat dosen, sedangkan dosen mengetahui banyak tentang sifat mahasiswa. Contoh lain adalah cacing dengan ayam. Ayam adalah dewanya cacing. Sifat ayam transenden bagi sifat cacing. Cacing mungkin berjalan santai di dekat ayam, padahal ayam siap mematuknya. Transenden memiliki sifat yang ada di dimensi di atasnya.

Pertanyaan keempat dari Sdri. Ilma Rizki Nur Afifah :

Adakah aturan dalam berfilsafat?

Jawaban Pak Marsigit :

Selama ini, sebenarnya kita sedang membicarakan aturan filsafat. Pertanyaan ini ibarat kita seperti ayam yang ada di dalam lumbung padi. Ayam menginjak-injak makanan yang akan dimakan. Sampai sekarang dan sampai akhir, sebenarnya kita telah bicara tata cara berfilsafat. Aturan itu melimpah ruah sehingga barangkali justru itu membuat kita sulit mengatakannya.

Pertanyaan kelima dari Sdri. Rita Suryani :

Mohon lebih dijelaskan mengenai validism beserta contohnya!

Jawaban Pak Marsigit :

SALAH itu BENAR. Filsafatnya SALAH namanya Validism. Dengan adanya filsafat ini, kita akan menyadari bahwa ketika kita mendapat nilai NOL, nilai itu adalah BENAR. Memang tes jawab singkat tadi dibuat agar kita tidak sombong. Jika kita mencari ilmu yang didasari dengan rasa sombong, maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Inilah pengakuan Partai Nol Indo.

Jika guru menyadari bahwa dunia siswa adalah dunianya menjawab SALAH, maka guru akan maklum. Sangatlah wajar jika siswa salah karena siswa sedang belajar. Guru harus tahu filsafat bahwa di dunia ini perlu ada yang SALAH. Seandainya, guru marah-marah dan stress, maka siswa juga akan stress dan semuanya akan RUGI.

Dalam kuliah ini, banyak yang tidak paham elegi misalnya elegi paradoks tukang cukur. Sebenarnya elegi ini menyatakan bahwa f(x) adalah himpunan dari a sama dengan x dengan x tidak sama dengan x.

Pertanyaan keenam dari Sdri. Latifatul Karimah :

Nilai kebenaran dalam filsafat didasarkan pada apa?

Jawaban Pak Marsigit :

Nilai kebenaran ditentukan oleh yang ada dan yang mungkin ada dalam ruang dan waktu. Benar diriku itu subjektif. Benar diri kita itu objektif. Benar dalam pikiran itu ideal. Benar di luar pikiran kita itu relatif. Sebenarnya ilmu yang dipelajari itu melimpah ruah-banyak sampai-sampai mungkin kita tidak tahu. Ibarat anak ayam yang kelaparan di dalam lumbung padi. Ayam mungkin tidak dapat membedakan antara batu dan makanan. Kebenaran dunia ini relatif, tetapi kebenaran Tuhan itu absolut. Kebenaran skeprtis itu diragukan dan kebenaran pikiran itu adalah konsisten atau koheren.

Barang siapa berpikir tidak konsisten maka itulah yang disebut salah; salahnya berpikir. Kebenaran para dewa adalah para logos. Kebenaran para daksa adalah pada faktanya. Kebenaran subjek adalah para predikatnya, sedangkan kebenaran predikat adalah para subjeknya. Kebenaran kapitalis itu modalnya; siapa yang bermodal dianggap ada. Kebenaran utilitarian adalah asas manfaat. Kebenaran pragmatis itu praktisnya. Kebenaran material itu bendanya. Kebenaran spiritual itu firman Tuhan. Kebenaran benda-benda itu relatif, sedangkan kebenaran Tuhan itu absolut.

Pertanyaan ketujuh dari Sdr. Anggara Ari Mustofa :

Apakah filsafat dari nol?

Jawaban Pak Marsigit :

Filsafat dari nol adalah nihilism. Nihilism menganggap bahwa pada akhirnya manusia itu hampa atau tiada. Manusia menggapai ketiadaan agar hidup bahagia. Tiada nafsu, tiada amarah, tiada cita-cita, dan dalam keadaan tiada kita akan naik ke nirwana.

Pertanyaan kedelapan dari Sdri. Winda Dwi Astuti :

Filsafat apa yang membiacarakan masa depan?

Jawaban Pak Marsigit :

Tokoh filsafat ini adalah Immanuel Kant dalam bukunya teologi. Bisa jadi jika mulai sekarang kita belajar terbang, mungkin saja turunan ke dua puluh ribu kita bisa terbang. Hal ini sesuai dengan prinsip evolusi. Contohnya ikan di laut bisa berubah bentuk karena disesuaikan dengan aktivitasnya. Mungkin saja kuda nil bisa jadi badannya membesar karena di air tidak banyak bergerak dan lama lama mungkin saja bisa kehilangan kakinya. Semilyar tahun lagi mungkin hal ini bisa terjadi.

Pertanyaan kesembilan dari Sdri. Diah Hapsari Widyarini :

Adakah batasan mencari ilmu?

Jawaban Pak Marsigit :

Ciri orang berfilsafat mudah dipahami. Pertanyaan ini tidak mudah dipahami karena sebenar-benarnya ilmu itu terbentang luas.

Kemudian setelah menjawab pertanyaan dari Sdri. Diah Hapsari nama saya dipanggil oleh Pak Marsigit. Dan berikut pertanyaan yang telah saya tulis sebelumnya.

Apa yang membuat Bapak tertarik memdalami filsafat?

Jawaban Pak Marsigit :

Hidup tidak semata-mata atas dasar tertarik. Tertarik itu berarti pelaku tunggal yang penuh full of otority. Banyak kejadian yang tidak sengaja, di luar kemauan, dan di luar pikiran; semua mengalir begitu saja. Kemudian Pak Marsigit menceritakan tentang kisah perjalanannya mulai dari keluarganya, proses kuliah sarjana, kisah mengenai beasiswa studi pasca sarjana di Inggris ketika usianya 38 tahun dan lulus ketika berusia 40 tahun. Kemudian ketika secara kebetulan terdapat studi doktoral filsafat dan akhirnya beliau diterima. Dan lulus ketika Pak Marsigit berulang tahun. Kemudian kisah Pak Marsigit hingga menjadi guru besar dalam ilmu pembelajaran matematika.

Cerita tersebut telah menginspirasi saya dalam belajar. Suatu proses dan perjalanan yang sangat mengesankan ketika kita menjalaninya dengan keikhlasan dan mengalir mengikuti rencana dan takdir yang telah Allah pilihkan untuk kita. Sebagai hamba kita juga harus mengupayakan yang terbaik dalam setiap perjalanan hidup kita. Teruslah untuk berprestasi dan berkarya.

Pertanyaan kesebelas dari Sdr. Tangguh Yudho Pamungkas :

Apa hubungan filsafat dengan Tuhan?

Jawaban Pak Marsigit :

Bacalah elegi menggapai ritual ikhlas 1-43. Pertanyaan ini sudah sejak awal kita bahas terus menerus. Tidak perlu metode definisi karena hubungan filsafat dengan Tuhan dapat dpahami jika kita cermat. Dari awal sampai sekarang, hal ini selalu dibicarakan itulah posisinya ibarat kita ingin mendefiniskan cinta. Tak akan bisa kita mendefinisikan cinta karena sejak dulu kita telah bicara cinta Walaupun tidak terucap tapi terlihat dalam tindakan dan tulisan. Singkatnya, filsafat itu pikiran dan agama itu hati.

Sehebat-hebatnya pikiran tidak akan mungkin mengetahui relung-relung hati seseorang. Itulah gambaran setinggi tinggi ilmu manusia. Tidak akan mungkin manusia dapat mengetahui rahasia Tuhan. Jika diturunkan, sehebat-hebatnya ucapan tidak akan mungkin bisa mengucapkan apa yang ada dalam pikiran. Sehebat-hebatnya tulisan tidak akan mungkin bisa menulis apa yang akan diucapkan. Selincah-lincahnya gerakan tidak akan mungkin bisa melaksanakan apa yang sudah ditulisankan. Dunia berstuktur dan berhierarkis. Jangan sombong dan gagah-gagahan untuk mengetahui rahasia Tuhan.

 

Pertemuan inilah salah satu perjalanan yang saya lalui dalam proses pencarian jati diri. Setiap pertanyaan dan jawaban yang telah diulas dalam pertemuan kala itu memberikan pembelajaran berharga bagi saya. Tetaplah optimis dalam setiap perjalanan hidup kita karena Allah itu sesungguhnya dekat dengan hamba-Nya.

***

 

Perkuliahan berikutnya kami mendapat kunjungan observasi dari mahasiswa S-3. Bapak Ibu observer tersebut bergabung dan mengamati proses pembelajaran filsafat pendidikan matematika di kelas kami.

Dalam kesempatan tersebut pula Pak Marsigit menjelaskan beberapa teori filsafat pendidikan dari berbagai filsuf dan membuat diagram di papan tulis. Mungkin untuk memahami hal tersebut saya masih butuh banyak belajar lagi karena pemikiran-pemikiran para filsuf yang dijelaskan sungguh sangat briliant. Dalam diagram tersebut juga ditampilkan bahwa ilmu pengetahuan itu berjenjang dan memiliki dimensi yakni dimensi ruang dan waktu. Jika kita dapat menggunakan suatu hal sesuai dengan ruang dan waktu maka kita telah membuat suatu keteraturan. Keteraturan dalam ruang dan waktu.

Pemikiran-pemikiran dari beberapa filsuf tersebut telah membuat wawasan saya menjadi terbuka akan relatifitas ruang dan waktu. Pertemuan kali ini merupakan salah satu perjalanan saya dalam menggapai jati diri dalam filsafat pendidikan. Teruslah untuk berpikir dan belajar maka suatu saat kita akan bisa menjadi pengada untuk yang mungkin ada. Semangat belajar dan semangat berproses dalam perjalanan mencari jati diri.

***

Pada perkuliahan berikutnya diawali dengan tes jawab singkat seperti biasa. Namun kali ini soal yang diberikan lebih banyak dari biasanya yakni tujuh puluh dua soal. Ketika pengoreksian jawaban kami diminta untuk mencoret semua jawaban baik yang diisi maupun tidak. Semua. Kami pun melakukan hal tersebut sehingga sekelas mendapatkan nilai nol. Dan berjayalah partai Nolindo di kelas kami. Mengapa demikian? Pak Marsigit pun menjelaskan bahwa nilai nol menunjukkan bahwa kita harus tetap ikhlas dalam menuntut ilmu, agar kita tidak sombong jika mendapatkan skor yang baik. Karena jika kita sombong pada ilmu maka sebenarnya kita tidak akan mendapat apa-apa. Ya, memang benar bahwa menuntut ilmu itu harus diimbangi dengan keikhlasan. Ikhlas hati dan juga ikhlas pikir.

Setelah itu kami diberikan kesempatan untuk menanyakan jawaban dari soal tes jawab singkat tersebut. Kemudian setelah Pak Marsigit menjawab, kami diberikan kesempatan untuk mencari dan menjelaskan salah satu dari sekian nomor pada tes jawab singkat.

Dalam kesempatan kali ini saya ingin mencoba menjelaskan mengenai benarnya salah dan salahnya benar. Benar dan Salah merupakan suatu kontradiksi. Misal dalam suatu pre tes siswa menjawab salah. Nah, kita memandang bahwa siswa tersebut benar karena memang ia belum mengetahui materi yang diujikan dan belum mendapat penjelasan. Jadi, salahnya siswa tersebut adalah benar.

Seorang siswa pergi ke sekolah mengenakan seragam. Siswa tersebut benar karena telah mengikuti aturan memakai seragam ke sekolah. Namun, ternyata siswa tersebut memakai seragam hari selasa padahal hari tersebut adalah rabu. Nah, benar siswa tersebut telah memakai seragam, namun ternyata siswa tersebut salah hari. Jadi, benarnya siswa tersebut adalah salah.

Dalam hidup ini, terkadang kita menjumpai kejadian seperti hal di atas. Benar dan salah itu terkadang subjektif jika berdasar manusia karena setiap daerah memiliki norma yang berbeda yang berkaitan dengan benar dan salah. Dalam pencarian jati diri tentunya kita akan menjumpai benar dan salah, berada pada persimpangan jalan yang menuntut kita untuk membuat keputusan. Benar dan salah selalu menjadi dilema bagi setiap pencari jati diri. Untuk itulah dalam menggapai jati diri kita memerlukan suatu pegangan hidup agar tidak tersesat dalam jalan mencari jati diri. Bagi umat Islam, pegangan hidupnya adalah Al Qur’an dan Hadist. Hal tersebut merujuk pada kebenaran absolut yakni kebenaran Tuhan. Jika kita memiliki keimanan akan Tuhan maka itu menjadi suatu pondasi dalam perjalanan pencarian jati diri.

***

Perkuliahan filsafat tidak hanya sampai pada perkuliahan tersebut karena masih ada kuliah tambahan yang diberikan ketika minggu tenang ujian. Pada pertemuan kali ini, diisi dengan sesi tanya jawab. Kami diminta untuk menulis pertanyaan pada selembar kertas kemudian mengumpulkannya. Pak Marsigit membaca pertanyaan yang telah kami tuliskan kemudian memberikan penjelasannya. Berikut pertanyaan yang terdapat pada perkuliahan tersebut.

1.      Septi Nur Hidayati : Bagaimana cara mengkomunikasikan matematika pada siswa saat pembelajaran dengan materi yang abstrak?

2.      Hernestri Anggraheni : Apakah mencari identitas termasuk dalam berfilsafat?

3.      Rosaini : Bagaimana terjadinya filsafat?

4.      Rizky Cahyaningtyas : Metode pembelajaran seperti apa yang tidak memicu adanya perbudakan?

5.      Latifatul Karimah : Apakah ciri-ciri orang yang sudah menggapai ruang dan waktu?

6.      Diyah Wahyu Utami : Mohon dijelaskan mengenai para logis antinomi?

7.      Atika Izzatul Jannah : Pada usia berapa anak dapat diajar berfilsafat?

8.      Trysilia Ida Pramesti : Apakah hakekat malas dalam filsafat?

9.      Kartina Purnamasari : Bagaimana usaha agar tidak terjebak dalam mitos?

10.  Arina Fauzia Ainani : Bagaimana cara menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak tepat pada siswa tanpa mengurangi motivasi siswa?

11.  Novia Nuraini : Apakah mempunyai tekad yang kuat terhadap masa depan termasuk mendahului kodartnya?

12.  Deary Putriani : Apakah filsafat juga merupakan ilmu agama?

13.  Fitriana Nur Hidayati : Bagaimana menghadapi rekan kerja yang baik di depan tetapi mengunjing di belakang?

Dalam pertemuan kali ini, satu poin penting yang saya dapatkan adalah betapa pentingnya komunikasi. Seseorang bisa memahami satu sama lain karena memiliki suatu komunikasi yang baik. Seseorang dapat juga kehilangan kepercayaan karena komunikasi yang kurang baik. Untuk itulah penting bagi kita untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam perjalanan mencari diri, kita harus memiliki bekal komunikasi yang baik agar tetap berada pada jalan yang baik menuju jati diri yang utama. Komunikasi memberikan kita pandangan dan wawasan sehingga membantu kita dalam membuat suatu keputusan. Selamat belajar dan melakukan perjalanan mencari diri.

***

Demikianlah beberapa kisah perjalanan kami dalam proses pencarian jati diri. Setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Semoga setiap perjalanan yang kita lakukan kita senantiasa diberikan petunjuk dan pertolongan-Nya. Selamat menempuh perjalanan dan melukiskan kisah hidup masing-masing.

Terima kasih J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar