Selasa, 05 Januari 2016

Sudahkah aku bahagia?


Selamat pagi,

Semoga kesehatan, keselamatan, dan nikmat Allah senantiasa menyertai pembaca semua.

Dalam postingan kali ini, saya akan bercerita mengenai salah satu yang sering kali dosen saya sampaikan dalam perkuliahan filsafat. Wadah dan isi. Dalam kehidupan ini seorang manusia diibaratkan dalam proses menggapai wadah dan isi. Banyak manusia yang terjebak mitos sehingga hanya mementingkan wadah semata. Manusia banyak yang mengejar popularitas, kekayaan, kekuasaan dan lain sebagainya. Hal itulah yang kebanyakan dicari oleh manusia untuk mendapatkan isi yang bernama kebahagiaan. Banyak yang berpikir ketika mereka memiliki banyak uang, memiliki kekuasaan dan jabatan mereka akan bahagia dengan hal tersebut. Namun, bahagia yang mereka tuju sebenar-benarnya adalah bahagia yang semu. Mengapa semu? Secara ragawi memang mereka bahagia, namun secara jiwa mereka belum mencapai kebahagiaan. Kenapa? Karena ketika kekayaan dan kekuasaan yang telah dicapai pastilah kita akan berfikir bagaimana caranya untuk mempertahankan apa yang kita miliki, bagaimana caranya agar tidak hilang, dan bagaimana caranya untuk meningkatkan wadah yang telah dimiliki. Untuk itulah perlu adanya rasa syukur. Dengan mensyukuri apa yang telah kita miliki niscaya hati akan menjadi tenang. Dengan menyadari bahwa hidup ini adalah pemberian maka kita akan mensyukuri atas segala sesuatu yang telah diberikan kepada kita. Bersyukur juga merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan. Dengan bersyukur itulah kita akan merasa cukup.  Bersyukur dan ikhlas dengan ketetapan-Nya merupakan salah satu jalan untuk kita menggapai kebahagiaan.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur. Selamat beraktivitas semoga senantiasa barokah setiap aktivitasnya. ^^

 



“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya  Aku ingat (pula) kepadamy, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al Baqarah : 152)

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q. S. Ibrahim: 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar